Neogatotkaca

Sekarang sedang heboh tentang sifat anarkis pelajar, banyak pembicaraan yang heboh tentang itu. Tentu sifat anarkis yang ada dalam diri pelajar, namun sebuah kesalahan untuk menyalahkan pelajar untuk hal itu. Saya punya pedoman bahwa apa yang terjadi pada diri seorang anak adalah hasil kreasi orang tuanya. Jadi kalau kita membahas sifat anarkis pelajar, maka yang seharusnya kita bahas adalah apa yang telah orang tua lakukan sehingga anak mereka demikian?

Pada dasarnya pelajar pada usia remaja memang sedang labil kepribadiannya. Dalam usahanya untuk menemukan jati diri mereka melakukan apa saja yang tentunya menyenangkan bagi mereka. Nah lho, kalau ternyata para pelajar itu menyukai prilaku anarkis berarti ada yang salah dalam orang tua mendidik. Jika kalian melihat diskusi tentang hal ini di tivi, saya yakin hal ini tidak di bahas, pun jika di bahas tidak akan mendapatkan perhatian yang lebih. Nanti ujung-ujungnya mereka menyalahkan sekolah atau negara. Nanti di hubung-hubungkan dengan anggaran pendidikan, korupsi dan kinerja pemerintah.

Mengapa demikian? Karena yang sedang berdiskusi adalah mereka orang tua yang memiliki anak. Kalau berkata bahwa orang tua yang salah tentunya hanya akan mempermalukan mereka sendiri kan? Padahal anak tumbuh itu menyerap semua yang orang tua lakukan. Pasti berbeda kepribadian anak yang berasal dari keluarga broken home dengan yang berasal dari keluarga harmonis. Tentu anak dari keluarga broken home memiliki sifat yang lebih agresif dan tidak stabil di banding yang bukan.

Saya berfikir, perlukah ada sekolah untuk para orang tua sehingga mereka dapat mengajari anaknya dengan benar? Karena tentu mereka yang jadi orang tua belum memiliki pengalaman sebelumnya menjadi orang tua. Tapi meski mereka pernah menjadi muda namun terkadang menjadi susah memahami anak karena egonya sendiri. Ayo para orang tua, sebarkan kasih sayang kalian kepada anak-anak kalian jika ingin mereka menjadi pribadi yang baik. Selalu dampingi anak kalian jika ingin mereka berdiri tegap untuk menatap masa depan. Bukankah indah saling menyayangi?